Minggu, 08 September 2013

Tasawuf Wali Songo




A. Latar Belakang Penulisan
                Tasawuf merupakan salah satu aspek (esoteris) Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan Tuhannya. Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak masa kehidupan rasulullah saw, namun tasawuf sebagai ilmu keislaman adalah hasil kebudayaan Islam sebagaimana ilmu -ilmu keislaman lainnya seperti fiqih dan ilmu tauhid. Pada masa Rasulullah belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu hanyalah sebutan sahabat Nabi. Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad III Hijriyyah oleh abu Hasyimal-Kufi (w. 250 H.) dengan meletakkan al-Sufi dibelakang namanya.
 Penyebaran Tasawuf di tanah air menarik untuk dicermati, karena dalam perkembangannya tidak hanya timbul satu aliran saja, tetapi beberapa aliran yang berbeda, karena itu pada saat ini penulis akan  mencoba menguraikan seputar tasawuf pada masa Wali Songo sebagai pelopor penyebaran Islam di Indonesia.

B. Rumusan Makalah
1. Jelaskan tentang sejarah Wali Songo!
2. Jelaskan  tentang garis besar ajaran tasawuf pada zaman Wali Songo!
 3. Jelaskan implementasi tasawuf pada masa Wali Songo!









PEMBAHASAN
1.      Sejarah Wali Songo
        Keberhasilan penyebaran Islam di Jawa tidak lepas dari peran ulama-ulama sufi yang tergabung dalam Wali Songo. Proses islamisasi yang dilakukan Wali Songo itu, berlangsung pada abad ke-15 ( masa kesultanan demak).
        Kata ‘’ wali’’ berarti pembela, teman dekat, dan pemimoin. Dalam pemakaianyya, kata ini bias diartikan sebagai orang yang dekat dengan Allah Swt.(Waliyyullah). Ada pun kata ‘’songo’’ (bahasa jawa) berarti Sembilan. Maka wali songo secara umum diartikan sebagai Sembilan wali yang dianggap telah dekat dengan Allah Swt, terus menerus beribadah kepada-Nya, serta memiliki kekeramatan dan kemampuan-kemampuan lain diluar kebiasaaan manusia. [1]
        Mereka yang disebut walisongo itu, antara lain adalah sebagai berikut:

1.      Sunan Gresik (wafat di Gresiktanggal 12 Rabi’ul Awal 822 H/141 M) Nama lengkapnya adalah Maulana Malik Ibrahim yang dikenal sebagai Kakek Bantal itu diperkirakan datang ke Gresik pada tahun 1404 M. Beliau berdakwah di Gresik hingga akhir wafatnya yaitu pada tahun 1419. [2]Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.[3]

2.       Sunan Ampel (lahir di Campa, Aceh tahun 1401, dan wafat di Ampel  1481). Beliau terkenal sebagai perancang pertama kerajaan islam di Jawa, dan dialah yang mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama Demak.[4] Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.

3.      Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim, Lahir di Ampel ,Surabaya, tahun 1465, dan wafat di Tuban tahun 1525) beliau dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Sunan Bonag dan para wali lainnya dalam menuebarkan agama islam selalu menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat jawa yang sangat menggemari wayang dan music gamelan. Syair lagu gamelan tersebut berisi pesan tauhid, sikap menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Setaip bait lagu diselingi syahadatain dan gamelan yang meniringinya disebut sekaten.

4.      Sunan Giri (lahir di Blambangan, pertengahan abad ke_15 dan wafat di Giri tahun 1506) Nama aslinya ‘’Raden Paku’’. Disebut juga Sultan Abdul Fakih. mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti Kebomas. Dalambahasa jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.[5]
5.      Sunan Drajat ( lahir di Ampel Denta, sekitar tahun 1470, dan wafat di Sedayu Gresik peryengahan abad ke-16). Nama aslinya Raden kosim atau Syariffuddin. Hal yang sangat menonjol dalam dakwah Sunan Drajat adalah perhatianya  yang sangat serius terhadap masalah-masalah social. Pemikiran kesfian Sunan Drajat yang menonjol adalah upaya menyadarkan kepada manusia dari ambisi mendorong manusia untuk menikmati dunia itu dengan pola hidup berfoya-foya dan pemuas nafsu perut. Padahal menurutnya , perut adalah sumber segala syahwat dan penyakit jasmani dan rohani. Jika perut diisi  makanan dan minuman enak, timbullah nafsu serakah dan nafsu-nafsu lain, seperti syahwat kelamin, pemabokan, perjudian, dll.[6] Ada 7 ajaran Sunan Drajat yang terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat, yaitu :[7]
a.       Memangun resep teyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain)
b.      Jroning suko kudu eling Ian waspodo (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
c.       Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
d.      Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
e.       Heneng - Hening -Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita -cita luhur).
f.       Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu)
g.      Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)[8]
6.      Sunan Kalijaga ( lahir akhir abad ke-14 dan wafat pertengahan abad ke-15). Beliau terkenal sebagai wali yang berjiwa besar , berwawasan jauh, berpikiran tajam, intelek, serta berasal dari suku Jawa asli. Sunan Kalijaga bernama asli Raden Mas Syahid. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.[9]
7.      Sunan Kudus (lahir di Kudus abad ke-15, dan wafat tahun 1550) Nama aslinya Ja’far sadiq. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat.sunan kudus termasuk pendukung gagasan Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang yang menerapkan strategi dakwah kepada masyarakat sebagai berikut:
1.      membiarkan dulu adat istiadat dan kepercayaan lama yang sukar diubah. Mereka sepakat untuk tidak menggunakan kekerasan menghadapi masyarakat yang demikian.
2.      bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran islam tetapi mudah dirubah maka segera di hilangkan.
3.      Tut Wuri Handayani, artiya mengikuti dari belakang sambil mengisi ajaran islam
4.      menghindarkan konfrontasi secara langsung atau secara keras di dalam menyiarkan agama islam
5.      pada akhirnya boleh saja merubah adat kepercayaan masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran islam[10]
Strategi dakwah ini diterapkan oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunungjati.
8.      Sunan Muria ( Lahir abad ke-15) Ia adalah putra sunan Kalijaga dan berjasa menyiarkan Islam di pedesaan-pedesaan Pulau Jawa. Nama aslinya Raden Umar Syahid, sedang nama kecilnya Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya. Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.[11]
9.      Sunan Gunung Jati ( alahir di Makkah 1448, wafat di Gunung Jati, Cirebon Jawa Barat). Nama aslinya Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati. Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo" yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan. Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten.
2.      Tasawuf pada Masa Wali Songo
 Maraknya pengajian tasawuf dewasa ini, dan kian bertambahnya minat masyarakat terhadap tasawuf memperlihatkan bahwa sejak awal tarikh Islam di Nusantara, tasawuf berhasil memikat hati masyarakat luas. Dalam banyak buku sejarah diuraikan bahwa tasawuf telah mulai berperanan dalam penyebaran Islam sejak abad ke-12 M. Peran tasawuf kian meningkat pada akhir abad ke-13 M dan sesudahnya, bersamaan munculnya kerajaan Islam pesisir seperti Pereulak, Samudra Pasai, Malaka, Demak, Ternate, Aceh Darussalam, Banten, Gowa, Palembang, Johor Riau dan lain-lain. Itu artinya Wali Songo yang sangat berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia khususnya Tanah Jawa, mempunyai andil yang besar dalam mengajarkan tasawuf kepada masyarakat.
 Pada abad ke-12 M, peranan ulama tasawuf sangat dominan di dunia Islam. Hal ini antara lain disebabkan pengaruh pemikiran Islam al-Ghazali (wafat 111 M), yang berhasil mengintegrasikan tasawuf ke dalam pemikiran keagamaan madzab Sunnah wal Jamaah menyusul penerimaan tasawuf di kalangan masyarakat menengah. Hal ini juga berlaku di Indonesia, sehingga corak tasawuf yang berkembang di Indonesia lebih cenderung mengikuti tasawuf yang diusung oleh al-Ghazali, walaupun tidak menutup kemungkinan berkembang tasawuf dengan corak warna yang lain.
Abdul Hadi W. M. dalam tesisnya menulis : “Kitab tasawuf yang paling awal muncul di Nusantara ialah Bahar al-Lahut (lautan Ketuhanan) karangan `Abdullah Arif (w. 1214). Isi kitab ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran yang wujudiyah Ibn `Arabi dan ajaran persatuan mistikal (fana) al-Hallaj”. Ini menunjukan bahwa bahwa disamping tasawuf sunni juga berkembang tasawuf falsafi di masyarakat. Sehingga sejarah mencatat di samping Wali Songo sebagai pengusung tasawuf sunni juga muncul Syekh Siti Jenar sebagai penyebar tasawuf falsafi dengan ajaran ‘manunggaling kawula gusti’. Dengan demikian secara garis besar aliran tasawuf yang berkembang pada zaman Wali Songo dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Tasawuf Sunni
 Tasawuf sunni adalah bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan Al-Qur'an dan Al Hadits secara ketat, serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqamat (tingkat rohaniah) mereka pada dua sumber tersebut. Tasawuf sunni adalah tasawuf yang mengedepankan praktis, maka termasuk di dalamnya tasawuf akhlaki dan amali.
 Dalam tasawuf sunni terdapat tiga langkah utama yang yang harus dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT :
a.       Senantiasa mengawasi jiwa (muraqabah) dan menyucikannya dari segala kotoran.
b.      Firman Allah SWT: "Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya rugilah orang yang mengotorinya". [Asy-Syams : 7-10]
c.       Memperbanyak zikrullah.
d.      Firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya". [Al-Ahzab: 41]. Sabda Rasulullah SAW "Senantiasakanlah lidahmu dalam keadaan basah mengingat Allah SWT".
e.       Zuhud di dunia, tidak terikat dengan dunia dan gemarkan akhirat.
 Firman Allah SWT: "Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?". (Al-Anaam : 32)
2. Tasawuf Falsafi
               Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal Tuhan (ma'rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ke tinggkat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja (ma'rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud). Bisa juga dikatakan tasawuf filsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat.
 Di dalam tasawuf falsafi metode pendekatannya sangat berbeda dengan tasawuf sunni, kalau tasawuf sunni lebih menonjol kepada segi praktis, sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis sehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan pendektan-pendekatan filosofis, yang ini sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil.[12]
3. Implementasi Tasawuf pada Masa Wali Songo
           Wali Songo sebagai figur agamis menjadi simbol kesalihan masyarakat pada saat itu. Sehingga apa yang dilakukan oleh para wali menjadi contoh yang baik bagi masyarakat. Dalam kehidupan Wali Songo mengembangkan sikap hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan, peduli terhadap fakir miskin, bahkan menjadi pelopor dalam memberantas kemiskinan dan kebodohan.
           Dalam memilih tempat tinggal, Wali Songo lebih memilih tempat terpencil, mereka lebih suka hidup di gunung dan perkampungan daripada di perkotaan. Hal ini sesuai dengan salahsatu ajaran tasawuf yang disebut dengan ‘uzlah (mengasingkan diri).
           Pada masa Sunan Giri ajaran tasawuf diadopsi menjadi norma yang harus dipegang oleh masyarakat, diantara isi dari norma tersebut adalah Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu) Heneng - Hening -Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita -cita luhur). Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu).
           Wali Songo juga mengajak masyarakat untuk selalu berzikir mengingat Allah SWT dan menumbuhkan kesadaran kehambaan, yang dikemas dalam bentuk karya seni sesuai dengan budaya setempat, seperti tembang "Tombo Ati", tembang “Lir Ilir”, "Suluk Wijil" yang dipengaruhi kitab Al Shidiq, perseteruan Pandawa-Kurawa yang ditafsirkan sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan 'isbah (peneguhan) dan lain-lain. Disamping implementasi tersebut di atas masih banyak bentuk implementasi lain yang tidak diungkapkan di sini karena keterbatasan referensi. ejak awal tarikh Islam di Nusantara, tasawuf berhasil memikat hati masyarakat luas. Wali Songo sebagai penyebar Islam di Indonesia mempunyai andil yang besar dalam penyebaran tasawuf.[13]









KESIMPULAN
Sejak awal tarikh Islam di Nusantara, tasawuf berhasil memikat hati masyarakat luas. Wali Songo sebagai penyebar Islam di Indonesia mempunyai andil yang besar dalam penyebaran tasawuf.
Secara garis besar aliran tasawuf yang berkembang pada zaman Wali Songo dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
 1. Tasawuf Sunni
       Tasawuf sunni adalah bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan Al-Qur'an dan Al Hadits secara ketat, serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqamat (tingkat rohaniah) mereka pada dua sumber tersebut. Tasawuf sunni adalah tasawuf yang mengedepankan praktis, maka termasuk di dalamnya tasawuf akhlaki dan amali.
 2. Tasawuf Falsafi
       Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal Tuhan (ma'rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ke tinggkat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja (ma'rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud).
       Implementasi tasawuf pada masa Wali Songo ditandai dengan mengembangkan sikap, hidup sederhana, lebih menyukai hidup di tempat terpencil, mengadopsi nilai-nilai tasawuf dalam norma-norma kehidupan dan senantiasa untuk berdzikir dan bertafakur yang diwujudkan dalam suatu karya seni agar menarik masyarakat.








DAFTAR PUSTAKA

Solihin, Muhammad. Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.2005
Rahimsyah. Kisah Wali Songo.Surabaya: Gali Ilmu.2000
http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Drajat



[1] Muhammad Sholihin,Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2005) 120
[2] Rahimsyah, Kisah Wali Songo (Surabaya: Gali Ilmu, 2000) 12
[4] Muhammad sholihin, 120
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Giri

[6] Muhammad Sholihin,123
[7] http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Drajat

[8] Rahimsyah, Kisah Wali Songo (Surabaya: Gali Ilmu, 2000)106
[10] Rahimsyah, Kisah Walisongo.83

i

Selasa, 02 Juli 2013

INDIKATOR, DIMENSI, KONSEP, PROPOSISI DAN TEORI

PENDAHULUAN
Penelitian dilaksanakan didalam konteks suatu cara berifikr mengenai data yang meletakan tuntutan-tuntutan khusus pada data, jika data itu memiliki kegunaan ilmiah tertentu. Cara berfikir mengenai data lazimnya mencakup apa secara longgar menunjuk sebagai teori. 
Penelitian pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari metode ilmiah, yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Teori merupakan bagian dari ilmu yang memberikan penjelasan mengenai fenomena alam. Karena teori bagian dari ilmu maka memiliki jalinan erat dengan penelitian karena Penelitian merupakan proses yang sistematis untuk mengembangkan teori.
Oleh karena itu, penulis mencoba untuk memaparkan unsure-unsur didalam penelitian itu sendiri diantaranya konsep (konstruk), proposisi dan teori.


Rumusan masalah:
a.       Pengertian indikator
b.      Pengertian tentang konsep
c.       Pengertian dimensi
d.      Pengertian konsep dan proposisi








PEMBAHASAN
A.  INDIKATOR
 Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk atau indikasi tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan. Misalnya, kasus diare yang didapat dari data kunjungan pasien di Puskesmas bisa saja hanya menunjukan sebagian saja dari kejadian diare yang melanda masyarakat. Indikator harus bersifat :
a.    Sederhana
Indikator yang ditetapkan sedapat mungkin sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam rumus penghitungan untuk mendapatkannya.
b.    Tepat Waktu
Indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan dilakukan
c.    Terukur
Indikator yang ditetapkan harus mempresentasikan informasinya dan jelas ukurannya sehingga dapat digunakan untuk perbandingan antara satu tempat dengan tempat lain atau antara satu waktu dengan waktu lain agar memudahkan dalam memperoleh data.
d.    Bermanfaat
Indikator yang ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan pengambilan keputusan.
e.    Terpercaya
Indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti.[1]


B.  DIMENSI
Dimensi merupakan  himpunan dari partikular-partikular yang disebut indikator. Setiap dimensi dalam satu konsep tidak harus mempunyai jumlah indikator yang sama. Berikut ini beberapa contoh untuk memperjelas maksud dari dimensi.[2]
Ada empat dimensi penelitian yang dibedakan berdasarkan latar belakangnya yaitu:

Menurut tujuan


1.      Eksploratif
2.      Deskriptif
3.      Eksplanatif

Menurut manfaat:

Menurut waktu
1.      penelitian dasar
2.      penelitian terapan
Penelitian
(research)
1.      penelitian longitudional (antarwaktu)
2.      penelitian cross-secdonal (satuwaktu)

Menurutcara pengumpulan data:
1.      kualitatif
a.       grounded research
b.      perbandingan sejarah
c.       analisis wacana, dll
2.      kuantitatif
a.       survey
b.      analisisi data
c.       analisisi data sekunder
d.      eksperimen


Penjelasan tentang empat dimensi penelitian, yaitu:
1.    Berdasarkan tujuan penelitian
a.    Penelitian eksploratif
Penelitian ini mencoba untuk menggali informasi atau permasalahan yang relatif masih baru. Bertujuan untuk menjadikan penelitian lebih dekat dengan fakta atau gejala sosial, mengembangkan pengalaman mengenai gejala sosial dan menghasilkan ide serta mengembangkan teori-teori yang mampu memprediksi gejala sosial.
b.    Penelitian deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakter suatu variabel, kelompok atau gejala sosial yang ada di masyarakat, menyediakan dan mengakurasi profil suatu kelompok masyarakat, mendeskripsikan proses, mekannisme atau hubunngan antarkelompok.
c.    Penelitian eksplanatif
Penelitian ini menghubungkan pola-pola yang berbeda, namun memiliki keterkaitan serta menghasilkan pola hubungan sebab akibat. Bertujuan untuk menentukan akurasi sebuah prinsip atau teori, mennjelaskan lebih lanjut mengenai pengetahuan proses-proses yang mendasar, dan menghubungkan isu atau topik yang berbeda dengan pernyataan umum.
2.    Berdasarkan manfaat penelitian
a.    Penelitian dasar (murni)
Penelitian ini memfokuskan pada dukungan atau penolakan sebuah teori yang menjelaskan bagaimana dunia sosial bekerja. Penelitian ini lebih banyak digunakan untuk kepentingan akademis seperti skripsi, tesis dan disertasi. Tujuan dnarni penelitian ini adalah untuk memberikan kontribunsi dasar, pengetahuan teoritis.
b.    Penelitian terapan
Penelitian terapan mencoba untuk memberikan solusi yang lebih spesifik pada masalah-masalah kebijakan dan membantu parna praktisi danlam menjalankan tungasnya. Penelitian ini merupakan bagian dari pekerjaan dan akan dinilai oleh sponsor yang akan membiayai, biasanya berada di luar disiplin ilmu peneliti. Tujuannya secara praktis mengarah untuk memperoleh imbalan batau pengguna hasil penelitian.
3.    Berdasarkan waktu penelitian
a.    Penelitian longitudinal (antarwaktu)
Penelitian ini dilakukan antarwaktu atau penelitian mengenai masalah, namun dilakukan dalam dua waktu yang berbeda.
b.    Penelitian cross-sectional (satuwaktu)
Penelitian ini dilakukan dalam satu waktu tertentu dengan satu fokus.waktu dalam hal ini diartikan 1 hari, minggu, bulan, dan tahun. Digunakan untuk tujuan eksplorasi, deskripsi atau eksplanasi [3]
4.    Berdasarkan teknik pengumpulan data
a.    Penelitian kualitatif
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan kata-kata atau kalimat individu, buku atau sumber lain.
b.    Penelitian kuantitatif
Penelitian ini dilkakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka. Varian penelitian kuantitatif ada empat, yaitu penelitian survei (dengan menggunakan kuisioner), isi (memanfaatkan isi atau informasi sebagai simbol material), analisis data sekunder ( dengan menggunakan data pemerintahan) dan eksperimen (percobaan).

C.  KONSEP
Konsep menunjukkan pada istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak tentang kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.[4]
Menurut Soedjadi yang menyatakan bahwa “Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasi­fikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata”.[5]
 Dalam penelitian akan ditemui 2 jenis konsep yaitu :
a.    Konsep-konsep yang jelas hubungannya dengan fakta atau arealitas yang mereka wakili.
b.    Konsep-konsep yang lebih abstrak atau lebih kabur hubungannya dengan fakta atau realitas. Konsep ini lebih menekankan pada pengamatan dalam penelitian social, dan tidak mudah menghubungkan hasil yang diamati dengan fenomena yang diacunya.[6]

D.  PROPOSISI
Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep. Sebuah realitas sosial dalam analisisi yang lebih sederhana dapat digambarkan sebagai suatu proposisi, akan tetapi suatu realitas dapat pula digambarkan sebagai beberapa hubungan antar konsep atau proposisi. Contoh hubungan dua konsep ini adalah mahasisiwa yang berprestasi adalah mahasisiwa yang disiplin.[7]  Dalam pengertian lain Proposisi adalah kesimpulan teoritik konsepsional tentang konstelasi hubungan antar variabel sebagai jawaban teoritik. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris disebut hipotesis.
Kegunaan Proposisi dalam Metodologi Penelitian merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena.[8]

Ada dua tipe proposisi yaitu:
1. Aksioma atau postulat, yaitu proposisi yang kebenarannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Sehingga tidak perlu diuji dengan sebuah penelitian.
2. Teorema, proposisi yang dideduksikan dari aksioma, aksioma banyak digunakan dalam ilmu-ilmu eksakta sedangkan dalam ilmu sosial aksioma sangat jarang. Sedangkan yang menjadi perhatian peneliti adalah teorema inti.[9]
Jenis-jenis proposisi terbagi menjadi 4 bagian :
1.    Proposisi berdasarkan Bentuk :
a.      Proposisi tunggal adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan 1 predikat. Contoh : Ayah membaca Koran
b.      Proposisi majemuk adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan lebih dari 1 predikat. Contoh : Indra belajar bermain piano dan menyanyi di studio
2.    Proposisi berdasarkan Sifat :
a.      Proposisi Kategorial adalah proposisi dimana hubungan antara subyek dan predikatnya mempunyai syarat apapun Contoh : Setiap mengendarai mobil harus memakai seftybeld
b.      Proposisi kondisional adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu. Contoh : Jika yogi lulus UN maka saya akan berikan hadiah
3.    Proposisi berdasarkan kualitas :
a.      Proporsisi positif, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya. Contoh : Semua gajah berbadan besar
b.      Proporsisi negatif, yaitu proporsisi dimana predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya. Contoh : Tidak ada wanita yang berjenggot
4.       Proporsisi berdasarkan kuantitas :
a.      Proporsisi universal, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua. Contoh : Semua warga Indonesia mememiliki KTP
b.      Proporsisi spesifik / khusus, yaitu proporsisi yang predikatnya membenarkan sebagian subjek. Contoh : Tidak semua murid patuh kepada gurunya[10]
E.   TEORI
Menurut snelbecker teori merupakan seperangkat proposisi yang terintregasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.[11]
Menurut Kelinger sebagaimana dikutip oleh Sugiyono menyebutkan bahwa teori adalah seperangkat kontruk (konsep), definisi, dan proposisi ysng berfungsi untuk melihat fenomena yang sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Dari beberapa teori tersebut Sugiono menarik kesimpulan bahwa teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi ysng di susun secara sistematis. Jadi secara umum teori mempunysi tigs fungsi yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala.[12]
Mark 1963, dalam membedakan adanya tiga macam teori yaitu
a.       Teori induktif
Adalah cara menerangkan dari data keteori dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positifistik ini dijumpai pada kaum behavioris.
b.      Teori deduktif
Member keterangan yang dimulai dari arah suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kearah data akan diterangkan.
c.       Teori fungsional
Adalah suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoristis, yaitu mempengaruhi pembentukan teori dan pembemtukan teori kembali mempengaruhi data.[13]
Unsur-unsur teori:
a.    Kategori konseptual dan kawasannya
Kategori adalah unsur konseptual suatu teori sedangkan kawasannya adalah aspek atau unsur suatu kategori. Kategori maupun kawasan disini adalah konsep yang ditunjukkan oleh data yang berbeda dalam konsep aktualnya. Kategori yang tingkatan abstraksinya lebih rendah munculnya relatif lebih cepat, yaitu sejak awal pengumpulan data. Sedangkann konsep dengan kawasan yang lebih tinggi tingkatan abstraksinya muncullnya cenderung kemudian dan kemunculannya itu berlaku baik pada tahap pengumpulan, pemberian kode, maupun pada anallisis data.
b.    Hipotesis
Analisis perbandingan antara kelompoktidak hanya menghasilkan kategori, tetapi mempercepat adanya hubungan yang ndisimpulkan anntara kelompok tersebut, dan hal ini disebut hipotesis. Secara tradisional biasanya hipotesis itu telah disusun terlebih dahulu dan peneliti kualitatif lainnya masih ada yang menggunakan cara yang denmikian. Namun, pada peneliti kuantitatif, peneliti segera akan terlibat dalam acara pembentukan hipotesis sejak awal terjun kelapangan penelitian.
c.    Intregrasi
Intregrasi teori maksudnya pemaduan unsur-unsur teori sehingga menjadi lebih bermakna dan lebih kompak. Intregrasi bisa dimulai dari hal yangn umum ke hal yang khusus.[14]

PENUTUP
KESIMPULAN
1.    Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.
2.    Persyaratan-persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan suatu indikator yakni SMART atau Simple, Measurable, Attributable, Reliable, dan Timely.
3.    Dimensi penelitian: berdasarkan tujuan penelitian (Penelitian eksploratif, deskriptif & eksplanatif), berdasarkan manfaat penelitian (Penelitian dasar (murni) & terapan), berdasarkan waktu penelitian (Penelitian longitudinal (antarwaktu), cross-sectional (satuwaktu) & Case Study),berdasarkan teknik pengumpulan data (Penelitian kualitatif & kuantitatif)
4.    Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasi­fikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata
5.    Proposisi adalah kesimpulan teoritik konsepsional tentang konstelasi hubungan antar variabel sebagai jawaban teoritik.
6.    Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi ysng di susun secara sistematis.
7.    Unsur-unsur teori: kategori konseptual dan kawasannya, hipotesis & intregrasi







DAFTAR PUSTAKA
Martono, Nanang.  “Metode Penelitian Kuantitatif”.  (Jakarta: RajaGrafindo Persada.  2011).  cet. Ke-II
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2006)
Moleong, Lexy J. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung: Remaja Rosdakarya.  2002). cet. Ke-XVI





[2] Zainal Mustafa. Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009), hal. 7-8.
[3] Nanang Martono, “Metode Penelitian Kuantitatif”, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), cet. Ke-II, 15-21
[4] Ibid, hal 41
[6] Nanang Martono, “Metode Penelitian Kuantitatif”, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), cet. Ke-II .41-42.
[7] Ibid,42.
[9] Hartono. Metodologi penelitian. Pekanbaru: Zanafa Publishung. 2011. Hal, 30-31
[11] Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-XVI, 34-35.

[12] Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2006), 79-81
[13] Ibid,80-81.
[14] Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-XVI, 38-42